Tuesday, November 25, 2008

Fuzzy spatial

Ada yg mo posting mengenai fuzzy spatial?

EMISI GAS CO2 AKIBAT PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN 1999 – 2007 DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTO DAN PAYAKUMBUH, SUMATERA BARAT

Oleh: Yudi Antomi
(Staff Pengajar Jurusan Geografi FIS UNP, Padang)
Disampaikan pada:
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf Indonesia XI
Jurusan Geografi, FIS, UNP, Sumatera Barat
22 – 23 Nopember 2008
ABSTRAK

Perubahan tutupan lahan menyebabkan perubahan kandungan biomassa permukaan dalam pengertian bisa bertambah atau berkurang. Pertambahan biomassa permukaan dapat meningkatkan stok karbon, sebaliknya pengurangan biomassa dapat mengakibatkan kehilangan karbon dalam bentuk emisi CO2 ke atmosfer. Akumulasi CO2 ke atmosfer sebagai salasatu gas rumah kaca dapat meningkatkan suhu atmosfer yang kemudian memicu pemanasan global. Studi ini bertujuan untuk melakukan pendekatan rapid assessment dalam memprediksi pelepasan gas (emisi) CO2 akibat perubahan tutupan lahan berbasis pixel citra Landsat 1999 dan 2007 pada skala landsekap di wilayah Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh, Sumatera Barat. Yang menjadi masalah adalah: Bagaimana perubahan stok karbon dari biomassa permukaan di Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh? Berapa emisi CO2 rata-rata tahunan yang berasal dari perubahan tutupan lahan di Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh? Dengan menggunakan data kandungan biomassa untuk tiap jenis tutupan lahan di Indonesia didapatkan distribusi kandungan biomassa untuk tiap pixel Landsat 1999 dan 2007. Kandungan biomassa pada tiap pixel dengan kategori unclassified didapatkan dengan ekstrapolasi dari persamaan regresi berganda metode stepwise antara nilai biomassa tiap jenis tutupan tanah dengan digital number tiap saluran 1, 2, 3, 4, 5, dan 7. Dari hasil yang didapatkan disimpulkan bahwa variasi perubahan tutupan lahan di Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh pada periode 1999 – 2007 memperlihatkan distribusi wilayah-wilayah dengan pengurangan dan penambahan kandungan biomassa/karbon yang merata di setiap tempat. Kluster khusus pada wilayah dengan pengurangan kandungan karbon terlihat jelas di Kecamatan Pangkalan Koto Baru dimana telah terjadi pelebaran genangan air akibat pembangunan danau buatan. Secara keseluruhan akibat perubahan tutupan lahan periode 1999 – 2007 Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh telah kehilangan sebanyak -0.0035 Gt karbon atau -217077.76 ton carbon per tahun. Dengan asumsi bahwa karbon yang hilang seluruhnya dilepaskan ke udara didapatkan bahwa dalam kurun waktu delapan tahun Kabupaten Limapuluh Koto dan Payakumbuh telah melepaskan 6367614.44 ton CO2 ke atmosfer, artinya pada rentang 1999 – 2007 rata-rata tiap tahun dari wilayah ini telah menyumbangkan 795951.81 ton CO2 sebagai gas rumah kaca yang memicu pemanasan global.
Kata kunci: Biomassa, karbon, CO2, tutupan lahan, Landsat

Monday, June 2, 2008

Potensi diffusi kebakaran di hutan rawa gambut Kalimantan Tengah

Kebakaran di arel gambut sangat sulit diatasi jika dibandingkan dengan kebakaran lahan di areal lain (Adinugroho, et.al., 2005). Api dapat merambat ke segala arah di atas dan di bawah permukaannya. Kantung-kantung api bawah permukaan sangat susah dipadamkan dan menimbulkan banyak sekali asap. Bencana kebakaran lahan dan hutan yang selalu menimbulkan masalah regional selalu bersumber dari asap kebakaran lahan gambut. Pasca kebakaran besar 1997/1998, areal gambut ex-PLG (Proyek Lahan Gambut) sejuta hektar di Kalimantan Tengah menjadi penghasil asap terbesar setiap musim kemarau panjang.
***

Rawa gambut merupakan ekosistem yang fragile, sekali terganggu kemudian rusak akan sangat sulit untuk diperbaiki. Salahsatu penyebab rusaknya ekosistem gambut adalah hilangnya kawasan berhutan akibat kebakaran. Oleh karena itu, kebakaran yang terjadi di dalam hutan atau yang berpotensi untuk merambat ke dalam kawasan berhutan merupakan prioritas lokasi yang harus segera ditangani. Pengetahuan mengenai lokasi-lokasi yang berpotensi untuk menimbulkan kebakaran hutan merupakan salah satu hal penting dalam usaha memperbaiki dan mempertahankan keutuhan ekosistem gambut.
***

Dengan pendekatan local indicator for spatial associations - LISA (Anselin, 1995) menggunakan variabel-variabel tutupan lahan, aksesibilitas, dan distribusi kejadian kebakaran 2003 - 2006 didapatkan peta lokasi-lokasi yang berpotensi untuk menjalarkan api ke dalam kawasan berhutan yang ditampilkan pada peta di gambar.
***
Wilayah dengan tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi yang berpotensi untuk menimbulkan kebakaran di wilayah berhutan timbul di sekitar batas-batas kawasan hutan atau di dalam kawasan berhutan yang mempunyai bahan bakar permukaan (tutupan lahan) rentan api dan sarana aksesibilitas (jalan, sungai, dan kanal) yang memudahkan pergerakan masyarakat.
***
Notes: Artikel lengkap hubungi yayu.ramdhani@gmail.com